Keberadaan Pasarean Astana Oetara sebagai peristirahatan terakhir K.G.P.A.A. Mangkunegara VI (Mangkunegara VI) yang memerintah di Kadipaten Mangkunegaran antara 1896-1916 ini memiliki banyak keunikan yang dapat diangkat sebagai salah satu potensi wisata religi di kawasan Surakarta utara. Keunikan itu mengenai sosok Mangkunegara VI dan nilai-nilai yang dapat dikembangkan salah satunya dalam hal pengelolaan modern bisnis Praja Mangkunegaran
Tugas berat di awal pemerintahan Mangkunegara VI memaksanya melakukan penghematan, ia berusaha menekan sekecil mungkin pengeluaran Praja yang dipandang kurang mendesak. Akibat tindakan penghematan itu semua hutang Mangkunegaran dapat dilunasi. Sejak tahun 1899 atas permintaannya, pabrik gula Mangkunegaran dikembalikan pengelolaannya kepada pihak Mangkunegaran. Kekuasaan superintenden menjadi lebih kuat di dalam mengurus perusahaan-perusahaan Mangkunegaran. Hal itu terjadi karena selain berkurangnya campur tangan residen juga tindakan Mangkunegara VI pada awal abad ke-20 yang memisahkan antara keuangan Praja dengan keuangan perusahaan. Akibatnya, pengelolaan perusahaan-perusahaan Mangkunegaran dalam praktik berada di bawah seorang superintenden (Wardhana, 2012: 86).
Pemisahan yang tegas antara keuangan pabrik gula dan keuangan Praja Mangkunegaran menjadikan problem keuangan yang terjadi di lingkungan istana tidak berimbas pada kinerja industri gula. Hal ini berpengaruh terhadap kesehatan perusahaan perkebunan yang ditandai dengan semakin meningkatnya luas lahan, produksi gula dan keuntungan yang diperoleh dari proses produksi Meningkatkan produksi gula dengan melakukan perubahan manajemen atau pengelolaan perusahaan gula Tasikmadu dan Colomadu dengan memperbaiki dan memperbarui mesin-mesin pabrik yang didatangkan dari Eropa dan mesin pabrik dari pabrik gula Triagan. Dengan dioperasikannya mesin-mesin baru tersebut awalnya membuat kerepotan para pekerja karena tidak biasa menggiling dalam jumlah yang banyak sekaligus, dengan mudah tebu 13.000 pikul dapat digiling dalam waktu 24 jam.
Bagi Mangkunegara VI kemakmuran Praja adalah segala-galanya yang harus diusahakan, dan melunasi hutang yang banyak dianggap sebagai kewajibannya. Penghematan yang dilakukannya dan disertai dengan pengorbanan akhirnya membuahkan hasil ketika ia turun dari tahta setelah memerintah Praja Mangkunegaran selama 20 tahun. Tidak saja seluruh hutang Mangkunegaran telah dilunasi, tetapi praja memiliki kapital sebanyak f 9.536.731,61, sehingga selama masa pemerintahannya tahun 1897 – 1915 telah dapat dihemat sebanyak f 10.025.120,21 (Wardhana, 2012: 87).
Cita-citanya untuk membangun kembali keadaan jaya seperti pada zaman Mangkunegara IV telah berhasil dilakukannya dengan usahanya yang gigih sehingga ia pantas diberi julukan “Sang Pembangun Kembali” (De Hersteller). Bagi perusahaan-perusahaan, khususnya bagi pabrik-pabrik gula, pemerintahannya sangat bermanfaat. Pabrik-pabrik gula tersebut telah bekerja secara tidak teratur, eksploitasi PG. Tasikmadu dan PG. Colomadu hanya bisa bekerja kalau ada cukup uang yang diperoleh dari laba budidaya padi dan kopi, demikianlah dari tahun ke tahun.
Keadaan keuangan telah membaik karena perusahaan-perusahaan bekerja dengan memperoleh laba yang banyak, penghematan tetap dilakukan sehingga keadaan keuangan lebih menjamin bertambahnya kemakmuran negara. Dengan pertimbangan residen maka diakhirilah politik penghematan karena dana cadangan telah banyak terkumpul semenjak itu Mangkunegara VI dengan pelan-pelan dan sangat hati-hati melakukan perbaikan-perbaikan di bidang sosial dan ekonomi, sehingga rakyatnya mengambil keuntungan dari keadaan itu. Gaji para pegawai diperbaiki walaupun hanya sedikit saja dan lebih banyak menaruh perhatian pada pendirian sekolah-sekolah, pemeliharaan jalan-jalan, pembangunan irigasi-irigasi, jembatan, dan lain-lain. Akan tetapi untuk Mangkunegara VI dan kerabat-kerabatnya di istana tetap melakukan penghematan dan menjadi contoh di Mangkunegaran.
Untuk menjadikan Astana Oetara sebagai salah satu potensi destinasi wisata religi (minat khusus) maka diperlukan sebuah kajian guna mengkaji kemungkinan Makam Astana Oetara sebagai destinasi untuk meningkatkan daya tarik wisatawan mengunjungi Kota Surakarta. PT. Kirana Adhirajasa Indonesia, selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pariwisata Kota Surakarta dan pihak yang telah membantu dalam penyusunan kajian pariwisata ini. Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan pengembangan daya tarik wisata Kota Surakarta.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kajian atau konsultasi Pariwisata dapat menghubungi Admin kami di 081215017910.