Berikut tujuh rangkaian Plataran Keraton
Pagelaran dan Siti Hinggil Lor
Pagelaran dan Siti Hinggil Lor merupakan plataran yang pertama yang terletak di sebelah selatan Alun-Alun Lor. Pagelaran merupakan area paling depan, dimana pada masa lampau berfungsi sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap Sultan ketika upacara-upacara kerajaan. Dalam memimpin upacara kerajaan, Sultan berada di Siti Hinggil. Siti Hinggil berasal bahasa Jawa ‘siti’ artinya tanah atau area, ‘hinggil’ artinya tinggi.
Siti Hinggil merupakan tanah atau area yang ditinggikan karena memiliki fungsi filosofis penting sebagai tempat resmi kedudukan Sultan saat miyos dan siniwaka. Miyos adalah kondisi dimana Sultan beserta pengiringnya meninggalkan kediaman, sedangkan siniwaka adalah ketika Sultan Lenggah Dampar atau duduk di singgasana. Pada area pagelaran terdapat beberapa bangunan, yaitu bangsal pagelaran, bangsal pengrawit, bangsal pengapit (pangapit wetan dan kilen), bangsal pemandengan (pamendengan wetan dan kilen), bangsal pacikeran (pacikeran wetan dan kilen). Sedangkan beberapa bangunan yang terdapat pada kawasan Siti Hinggil, yaitu bangsal siti hinggil, bangsal manguntut tangkil, bangsal witana, bangsal kori (kori wetan dan kilen), bale bang, bale angun-angun, bangsal pacaosan. Pada plataran ini terdapat Regol Brajanala yang menghubungkan Plataran Siti Hinggil dengan Plataran Kamandhungan Lor.
Kamandhungan Lor (Utara)
Kamandhungan Lor merupakan plataran kedua yang hanya terdiri dari beberapa bangunan. Adapun bangunan yang terdapat di Kamandhungan Lor, yaitu bangsal pancaniti, bale anti wahana, dan bangsal pacaosan. Kamandhungan Lor sering disebut Plataran Keben, karena terdapat beberapa pohon besar bernama pohon keben. Regol penghubung dari Kamandhungan Lor ke plataran selanjutnya adalah Regol Kamandhungan atau Regol Srimanganti.
Sri Manganti
Plataran selanjutnya adalah Plataran Srimanganti. Plataran ini terdapat bangunan utama yang terletak disisi barat, yaitu Bangsal Srimanganti yang saat ini berfungsi untuk mementaskan kesenian budaya Keraton Yogyakarta dan digunakan pula sebagai tempat Sultan menjamu tamu. Di sisi timur Bangsal Srimanganti terdapat Bangsal Trajumas yang pada saat ini digunakan untuk menyimpan beberapa benda pusaka milik Keraton Yogyakarta. Selain itu, Plataran Srimanganti terdapat bangunan pendukung, yaitu bangsal pacaosan, kantor keamanan keraton (security), kantor Tepas Dwarapura dan Tepas Halpitapura. Regol penghubung antara Plataran Srimanganti dengan plataran selanjutnya, atau Plataran Kedhaton, adalah Regol Danapratapa.
Kedhaton
Kedhaton merupakan plataran utama yang memiliki tataran hirarki tertinggi. Kedhaton merupakan pusat dari kawasan Kraton Yogyakarta. Pada area ini terdapat dua bangunan utama, yaitu Bangsal Kencana dan Gedhong Prabayeksa. Kedua bangunan ini merupakan bangunan yang dianggap paling sakral. Bangsal Kencana merupakan bangunan yang digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara penting, sedangkan Gedhong Prabayeksa digunakan untuk menyimpan pusaka-pusaka utama Kraton Yogyakarta. Bangunan lain yang ada di Plataran Kedhaton ini adalah bangsal manis, bangsal mandalasana, bangsal kotak, gedhong jene, trajutresna, purwaretna, sedahan, patehan, gangsa, sarangbaya, kantor perentah hageng, danartapura, kantor Widyabudaya (kraton wetan), kasatryan, museum HB IX, museum batik, keramik dan kristal, lukisan, kaputren, masjid panepen, dan kraton kilen. Regol penghubung yang ada di Plataran Kedhaton dengan bagian berikutnya bernama Regol Kamagangan. Regol ini menghubungkan Plataran Kedhaton dengan Plataran Kemagangan.
Kamagangan
Pada plataran ini terdapat beberapa bangunan yaitu Bangsal Kamagangan, Panti Pareden dan Bangsal Pancaosan. Bangsal Kamagangan dulu berfungsi tempat berlatih para Abdi Dalem. Pada saat ini Bangsal Kamagangan digunakan pementasan wayang kulit maupun beberapa kegiatan lainnya. Pada sisi timur dan barat terdapat Panti Pareden yang berfungsi sebagai tempat gunungan untuk upacara Garebeg. Sedangkan Bangsa Pacaosan digunakan sebagai tempat penjagaan (caos) Abdi Dalem untuk menjaga keamanan. Regol yang menghubungkan Plataran Kamagangan dengan plataran selanjutnya (Kamandhungan Kidul) bernama Regol Gadhung Mlati.
Kamandhungan Kidul (Selatan)
Pada plataran ini terdapat ini terdapat dua bangsal yaitu Bangsal Kamandhungan dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kamandhungan merupakan salah satu bangsal tertua yang berada di kawasan kraton. Bangsal ini diboyong dari oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Desa Karangnongko Sragen atau yang dulu bernama Sukowati. Bangunan tersebut dulu merupakan tempat tinggal beliau pada saat perang melawan VOC. Pada plataran ini juga terdapat regol yang menghubungkan dengan Siti Hinggil Kidul yaitu Regol Kamandungan Kidul.
Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)
Siti Hinggil Kidul dulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan para prajurit sebelum Upacara Garebeg. Pada tahun 1956 di lokasi Siti Hinggil Kidul dibangun Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai monumen peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.
Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat. Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470
Baca juga: Pariwisata Kota Yogyakarta Sambut Periode Libur Sekolah
No responses yet