Yogyakarta memiliki berbagai keunikan tersendiri, diantaranya makanan tradisionalnya, yang sudah menjadi ikon kota Yogyakarta yakni gudeg dan jajanan atau oleh-oleh khas Yogyakarta bakpia pathuk. (Dwi Abadi dan Aryanto Budhy S, 2012). Namun tidak hanya gudeg dan bakpia pathuk, Yogyakarta juga memiliki banyak jajanan tradisional yang belum banyak orang ketahui salah satunya kipo jajanan tradisional khas Kotagede. Kipo adalah salah satu jajanan tradisional khas Kotagede.
Kotagede merupakan salah satu kecamatan di Yogyakarta juga sebagai Ibukota lama, karena dahulu Kotagede merupakan tempat pertama kali berdirinya Ibukota kerajaan Dinasti Mataram Islam, Kotagede merupakan hutan belantara dengan sebutan Alas Mentaok yang merupakan wilayah bekas kerajaan Mataram Kuno atau disebut juga bumi Mataram. Pada kala itu diberikan kepada Ki Ageng Pamanahan sebagai hadiah atas keberhasilannya bersama putranya yaitu Danang Sutawijaya dalam menumpas pemberontakan Arya Penangsang.
Sejarah mencatat bahwa kawasan Alas Mentaok, ini sekarang diberi nama Kotagede dan menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Mataram. Pasca perjanjian Gianti bekas wilayah Alas Mentaok turut dibagi menjadi dua bagian yakni Surakarta dan Yogyakarta, terbaginya wilayah ini disebabkan oleh perjanjian Giyanti yang disahkan pada 13 Februari 1755. (Purwadi. 2011). Bila di tinjau dari sejarah Kotagede merupakan kawasan bekas kerajaan Mataram Islam yang mulanya sebuah pusat pemerintahan itu berarti Kotagede dapat di katakan sebagai kota peradaban seperti budaya, kesenian, dan jajanannya yang beragam dan sangat bervariasi. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kotagede untuk mencari jajanan tradisional Kotagede. Jajanan tradisional Kotagede yang masih terdapat dipasaran sampai sekarang diantaranya kipo, ukel, kembang waru, dan legomoro. (Maretiya Pusporetno, 2014).
Namun sangat disayangkan kekayaan jajanan tradisional di Kotagede sudah tidak populer lagi. Hal ini dapat menjadi masalah jika tidak ditangani dengan serius dan akan menjadi ancaman yang serius terhadap hilangnya ragam jajanan tradisional yang terdapat di Kotagede. Adanya keprihatinan terhadap tergesernya jajanan tradisional khas Kotagede kipo, kembang waru, serta makanan khas Yogyakarta yang mulai digantikan oleh makanan-makanan yang cepat saji yang secara perlahan mengancam jajanan khas Yogyakarta sendiri. Jajanan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya yang harus digali kembali melalui revitalisasi dan proses transformasi. Food preferences form an important part of cultural heritage (International Journal of Circumpolar Health, 2007 66:4 ) karena pentingnya jajanan tradisional seharusnya ada usaha untuk mempopulerkan kembali jajanan tradisional khususnya jajanan tradisional yang berada di Kotagede.
Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.
Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di 081232999470.
No responses yet