Kota Sibolga merupakan kota yang terletak di Provinsi Sumatera Utara di pantai barat pulau Sumatera yang membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan da berada pada teluk Tapian Nauli. Masyarakat Sibolga sendiri terdiri dari bermacam-macam etnis, antara lain Batak Mandaling, Toba, Tionghoa, Minangkabau dan Nias.
Kedatangan masyarakat Tionghoa ke Kota Sibolga sangat sulit ditentukan. Menurut sejarah, Sumatera Timur saat itu terdapat orang Cina yang pertama diangkat oleh Belanda sebagai mayor di Tanah Deli, dia adalah Tjong Yong Hian. Beberapa tahun kemudian muncul Tjomg A Fie yang diangkat sebagai mayor menggantikan Tjong Yong Hian. Kemudian Tjong A Fie ini yang menjadi taipan pertama di Sumatera. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, setiap keturunan Tionghoa kemudia diintegrasikan serta dibaurkan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia berdasarkan Pancasila. Sejak saat itu masyarakat Tionghoa menyebar ke seluruh daerah di Indonesia. Pada penghujung abad ke-19 merupakan titik balik kedatangan masyarakat Tiongho di Sumatera Utara, bermula dari mereka menjadi buruh perkebunan Tembakau.
Akulturasi waktu fengsui masih dibudayakn masyarakat Tionghoadi kota Sibolga untuk menentukan hari baik untuk semua hal yang dianggap momen penting. Ssetiap budaya memiliki kepercayaan dan esensinya masing-masing dan terlepas dari percaya atau tidaknya kita terhadap kepercayaan tersebut, tetap sudah sepatutnya kita menghormatinya. Masyarakat sibolga membudayakan waktu Fengsui seperti ketika ingin mengadakan pesta pernikahan, pindah rumah hingga menentukan posisi rumah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Tionghoa dengan masyarakat pesisir dapat menyatu.
Kuliner masakan khas Tionghoa yang di Indonesiakan namun diolah agar menjadi halal untuk semua kalangan. Di kota Sibolga banyak pedagang yang menjual makanan khas Tionghoa yang telah diolah secara halal untuk seluruh kalangan, contohnya Bakpao yang sering dijual disekitaran sekolah-sekolah atau pasar. Bahkan di salah satu wisata kuliner “Sibolga Squarre” memiliki banyak kuliner khas Tionghoa seperti kwetiaw, mie pangsit, ikan asam manis dll. Begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang menjual makanan khas pesisir seperti ikan panggang pecak, kripik sambal, nasi lamak, panukuk. Artinya, warga Tionghoa di kota Sibolga ini sejak dulu sudah menyatu dan beradaptasi dengan warga lainnya.
Terdapat beberapa kosa kata sehari-hari masyarakat Tionghoa yang sering dipakai masyarakat pesisir lainya yang berasal dari bahasa asli masyarakat Tionghoa seperti Gopek, Gocap, Enceng. Demikian juga dengan masyarakat Tionghoa yang menguasai bahas pesisir dan logatnya sedikit mirip dengan logat suku Minang. Bahkan, banyak yang sudah menguasai bahasa Batak Toba. Hal itu dapat dilihat dari kekompakan, keakraban antara warga Tionghoa dengan warga Sibolga yang telah terjalin dengan baik.
No responses yet