mostbet az casinolackyjetmostbet casinopin up azerbaycanpin up casino game

Aspek Budaya Kawasan Bintaran

Bintaran, sebuah kawasan lama di tengah hiruk pikuknya pusat kota Yogyakarta. Terkesan kawasan yang tenang dengan berbagai bangunan kuna yang tersebar di setiap sudutnya. Berada di sisi Timur Sungai Code, melewati Jembatan Sayidan kearah Timur. Suasana yang lengang di Kawasan ini mengingatkan pada suasana Yogya beberapa tahun yang lalu. Pada masa lalu, Bintaran merupakan kawasan hunian alternatif bagi orang Belanda yang menetap di wilayah Indonesia, berkembang setelah kawasan Loji Kecil tak lagi memadai. Dari segi fisik, kawasan yang bisa ditempuh dengan berjalan ke timur dari perempatan Gondomanan itu tak begitu pesat perkembangannya seperti Kotabaru. Salah satu faktornya adalah letaknya yang masih dekat dengan Loji Kecil sehingga beragam fasilitas masih bisa diakses dengan mudah.

Pada awalnya kawasan ini merupakan kediaman Bendara Pangeran Haryo Bintoro, salah satu trah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat bernama Ndalem Mandara Giri. Bangunan merupakan bentuk kombinasi bangunan Jawa dan Indische. Arsitektural Jawa  dapat ditemukan pada pendopo yang teletak di depan Ndalem Mandara Giri yang bahan-bahannya khusus didatangkan dari Demak pada tahun 1908. Arsitektural belanda dapat dilihat pada ruangan yang lebar serta dinding yang tinggi. Ukuran pintu dan jendela yang besar serta memilki dua daun semakin menimbulkan kesan arsitektural Belanda yang kuat pada Ndalem Mandara Giri ini.

Bangunan Ndalem Mandara Giri merupakan bangunan yang berdiri sejak 1896 atas dhawuh  atau perintah Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Di bagian tengah pendapa-nya yang diambil dari rumah Jawa klasik berangka tahun 1808 di Demak merupakan tempat HB VIII bermeditasi. Kawasan tersebut awalnya sebagai pesanggrahan dan pernah ditempati dua keluarga Belanda secara bergantian. Hingga yang terakhir keluarga Wibatsu, pakar almanac Jawa yang mengelola rumah Jawa klasik itu.

Setelah ditinggalkan Pangeran Haryo Bintoro, bangunan ini sempat ditinggali oleh trah kraton lainnya. Pendopo ndalem yang cukup lebar sejak lama telah digunakan sebagai ruang pameran keris, bahkan setelah rumahnya sendiri dikosongkan sejak tahun 1997. Kini, bangunan yang bisa ditemui dengan di pertigaan pertama setelah berbelok ke kiri dari Jalan Sultan Agung ini dimanfaatkan sebagai kantor Karta Pustaka, sebuah lembaga Indonesia Belanda.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Latest Comments

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.