Gunung nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 25 Km dari Kota Yogyakarta. Gunung purba Nglanggeran pernah aktif puluhan juta tahun yang lalu. Gunung nglanggeran pernah aktif puluhan juta tahun yang lalu. Gunung nglanggeran mempunyai 2 puncak yakni puncak barat dan puncak timur serta kaldera ditengahnya. Gunung ngalanggeran ini merupakan deretan gunung batu yang besar dengan bentuk dan nama yang unik, seperti gunung 5 jari, gunung kelir dan gunung wayang. Disebut gunung wayang karena susunan bebatuan yang mirip tokoh pewayangan dan menurut kepercayaan masyarakat sekitar gunung ini dijaga oleh Kiai Ongko Wijoyo dan punokawan yakni Kiai Semar, Kiai Gareng, Kiai Petruk, dan Kiai Bagong, demikian pula dengan sebutan Gunung Kelir karena menyerupai kelir dan dipercaya sebagai tempat tinggal Kiai Ongko Wijoyo dan Punokawan, selain itu masih ada sumber air yang ada di puncak gunung Nglanggeran dan tidak pernah mengalami kekeringan yakni sumber air comberan.
UNESCO menyatakan Gunung Nglanggeran/ Gunung Api purba layak dijadikan geopark (Taman Bumi) saat kunjungannya didampingi pemerintah Kabupaten Gunungkidul Bersama pihak akademisi pada tanggal 8 oktober tahun 2010. Dari aspek daya Tarik desa ngalanggeran, yakni gunung api purba dan embung besar. Gunung api purba merupakan gunung batu dari karst atau kapur. Jutaan tahun lalu, gunung itu pernah aktif. Puncak gunung tersebut adalah Gunung Gedhe di ketinggian sekitar 700meter dari permukaan laut, dengan luas Kawasan pegunungan mencapai 48 hektar. Embung adalah bangunan berupa kolam seperti telaga di ketinggian sekitar 500meter dari permukaan laut. Embung dengan luas sekitar 5.000meter persegi itu berfungsi menampung air hujan untuk mengairi kebun buah kelengkeng, durian, dan rambutan di sekeliling embung. Pada musim kemarau, para petani bisa memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah. Pengunjung dapat naik ke embung dengan tangga. Sampai di sisi embung, kita bisa melihat matahari terbenam yang indah. Kita juga bisa melihat gunung api purba di seberang embung.
Lokasinya hanya berjarak 22 kilometer (km) dari Wonosari, ibu kota Kabupaten Gunung Kidul, atau 25 km dari Yogyakarta. Lokasi Desa Wisata Nglanggeran dapat dicapai melalui jalan raya yang sudah cukup baik. Trayek transportasi lokal seperti bus maupun angkot banyek menuju Desa Wisata Nglanggeran, sehingga memudahkan pengunjung untuk menuju Desa Wisata Nglanggeran. Pengelola Desa Wisata Nglanggeran mengembangkan Kawasan wisata ini dengan membuat penginapan dan menyiapkan rumah penduduk untuk tempat live in. Program live in banyak diikuti pelajar dan wisatawan mancanegara. Lewat program itu, wisatawan bisa berinteraksi dengan penduduk dan belajar budaya Desa Nglanggeran, seperti membatik topeng, membuat kerajinan dari janur (daun kelapa yang masih muda), belajar tari tradisional Jathilan dan Reog, ikut kenduri, menangkap dan melepas ikan di sungai, menanam padi di sawah, dan belajar memasak kuliner ala Desa Nglanggeran. Pengunjung dapat menikmati fasilitas berbagai kegiatan luar ruang, seperti rock climbing dengan 28 jalur, trekking, dan pengenalan budaya daerah Nglanggeran.
Masyarakat setempat juga turut andil dalam kegiatan pariwisata di Desa Wisata Nglanggeran, Penberdayaan masyarakat berupa antara lain; penggunaan rumah warga sebagai Home Stay dalam program live in, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata nglanggeran baik secara kelembagaan untuk menjadi pengelola kawasan wisata maupun secara individual seperti menjadi guide bagi pengunjung maupun penyediaan kios-kios penjaja makanan maupun souvenir. Pemasaran Desa Wisata Nglanggeran dilakukan melalui media massa baik secara cetak maupun elektronik, banyaknya media massa yang melakukan peliputan terhadap kawasan wisata ini membuat sudah dikenal secara nasional dan internasional.
Tahun 1999, Desa Wisata Nglanggeran dikelola Karang Taruna Bukit Putra Mandiri, namun karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia mengakibatkan kawasan ini kekurangan fasilitas penunjang untuk kegiatan berwisata. Mengingat banyaknya potensi budaya dan ekowisata di situs gunung api tersebut, tahun 2008 Badan Pengelola Desa Wisata Nglanggeran mengambil alih pengelolaannya. Badan pengelola ini kemudian menambahkan beberapa fasilitas pendukung guna menunjang kegiatan wisata di Desa Wisata Nglanggeran.

No responses yet