Kemantren Umbulharjo

Kota Yogyakarta lahir dari rangkaian peristiwa sejarah di masa lampau. Hal itu menjadikan kota Yogyakarta memiliki banyak kisah-kisah sejarah baik mengenai asal-usul nama tempat maupun kisah perjuangan kemerdekaan. Di kawasan Kota Yogyakarta sendiri terdapat jejak peninggalan sejarah masa klasik (Mataram Kuna), Mataram Islam, Kolonial, Pergerakan nasional, dan revolusi. Yang tidak hanya menyajikan cerita sejarahnya saja, melainkan terdapat pula bangunan, tempat, bahkan kawasan yang menjadi saksi bisu terjadinya peristiwa tersebut. monumen atau tetenger dibangun untuk menjadikan penanda bahwa di lokasi tersebut pernah berlangsung sebuah peristiwa penting yang berpengarung bagi Kota Yogyakarta. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan kajian ini adalah sebagai berikut:

  1. Menginventarisasi monumen dan tetenger penanda bersejarah di Kota Yogyakarta.
  2. Mendokumentasikan monumen dan tetenger penanda sejarah yang ada di Kota Yogyakarta.
  3. Menggali latar belakang sejarah didirikannya setiap monumen dan tetenger penanda sejarah tersebut.

Adapun monumen/ tetenger yang berada di kawasan Kemantren Umbulharjo antara lain sebagai berikut:

  1. Situs Warungboto, berlokasi di Jl. Veteran No.77, Warungboto. Tetenger ini berbentuk situs dan beklasifikasi sebagai landmark. Situs ini dikenal dengan Pesanggrahan Rejawinangun yang dibangun pada masa Sultan HB I, yang kemudian dilanjutkan oleh HB II. Pesanggrahan ini menjadi tempat beristirahat Sultan ketika sedang berada di luar Keraton, oleh sebab itu terdapat taman dan pemandian di Pesanggrahan Warungboto ini.
  2. Masjid Sulthonain, berlokasi di Nitikan, Sorosutan, Kemantren Umbulharjo. Tetenger ini berbentuk bangunan dan berklasifikasi sebagai landmark. Tidak ada yang mengetahui secara pasti sejarah masjid ini. tetapi dugaan dari sejarah berdirinya masjid ini adalah didirikan pada saat Kerajaan Mataram masih berada di Pleret karena di belakang masjid terdapat makam Permaisuri Paku Buwono I. Dengan kerjasama antara Keraton Ngayogyokarto dan Surakarta yang dapat dilihat dari bentuk bangunannya, alias bagian timur yang bercorak Surakarta dan bagian barat yang memiliki corak Yogyakarta.
  3. Taman Wijaya Brata, berlokasi di Jl. Boga No. 28, Tahunan, Kec. Umbulharjo. Tetenger ini berbentuk situs dan berklasifikasi sebagai landmark. Taman ini memiliki makna sebagai tempat “pasarean langgeng” atau persemayaman abadi bagi para pejuang yang telah menunjukkan kejayaan atau “wijaya”. Taman ini mulai dibangun pada tahun 1959. Saat peringatan 1000 hari wafatnya Ki Hajar Dewantara tanggal 30 Januari 1962, dilakukan upacara peletakan batu nisan di makam. Akhirnya tahun 1963 diresmikan. Peresmian ini ditandai dengan candra sengkala “Rinara Trus Basukining Wiji” yang artinya suasana harmonis menciptakan generasi beru yanghidup dalam suasana sejahtera atau bahagia.
  4. Taman Maka Kusumanegara, berlokasi di Jl. Kusumanegara No. 2b, Tahunan, Umbulharjo. Tetenger ini berbentuk situs dan berklasifikasi sebagai landmark. Taman makam pahlawan ini merupakan kompleks pemakaman pahlwan dan pejuang kemerdekaan RI, serta para anggota tni-Polri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *