Manuskrip merupakan koleksi langka yang dipunyai oleh setiap bangsa di belahan dunia. Masyarakat bisa mempelajari perjalanan hidup leluhurnya melalui naskah lama yang telah dianggit leluhurnya. Manuskrip sangat penting utuk dikaji dan dijaga kelestariannya karena ini merupakan jejeak sejarah yang sangat penting. Ini juga merupakan warisan masa lampau yang memuat pengetahuan yang berkaitan dengan realitas atau kondisi sosiokultural yang berlainan dengan kondisi sekarang.
Manuskrip juga mengandung informasi yang tak sembarangan dari bidang sastra, agama, hukum, adat istiadat, dan lannya. Informasi yang berada di manuskrip dapat membantu atau menjadi panduan bagi penekun sejarah maupun peneliti di bidang humaniora tatkala mempelajari topik yang dikajinya. Berikut adalah contoh dari naskah kategori Kuno, substansi,langka:
Serat Aji Pamasa ni dilaporkan oleh Yatini Wahyuningsih, SE M.Si ke dinas kebudayaan kota surakarta pada tanggal 28 juni 2021. Adapun sejarah singkat dari serat ini adalah, kedigdayan dan kebijaksanaan prabu kusumawicitra membuatnya dikenal sebagai Prabu Ajipamasa. Serat ini ditulis di Surakarta pada 1862/2863 ini mengisahkan tentang petualangan Prabu Ajipamasa saat memerintah Mamenang-Kadhiri hingga pindah ke Witaradya-Pengging. Serat ini berbentuk macapat jening Dhandhanggula. Filolog Nancy K. Florida menyuguhkan catatan kecil bahwa naskah tersebut tidak hanya menarik minat kesunanan Surakarta, namun juga Praja Mangkunegara. Hal itu sditunjukkan dengan adanya perintah dari Gusti Mangkunegara IV untuk mengubahnya. Gubahan itu dikerjakan pada 1874 yang ditandai dengan adanya pembuka versi gubahan yang menggunakan macapat jenis Asmaradana.
Serat Ajipamasa merupakan salah satu karya pujangga besar R. Ng. Ranggawarsita, dan masuk kedalam serat Maha Parma. Teks ini disusun dalam bentuk puisi jawa baru berupa tembang macapat. Teks ini bercerita tentang legenda Prabu Kusumawicitra, cucu Prabu Jayabaya di Kediri atau Mamenang, yang gemar berkelana mengunjungi rakyatnya di berbagai daerah. Diceritakan pula perjalanan dari Negeri Kediri sampai ke Negeri Pengging Wikaradya yang masuk dalam wilayah kekuasaan negeri Dwarawati. Dari hasil penggembaraan itu kerab muncul aneka cerita perihal kebijaksanaan, dimana ia selalu adil dan bijaksana dalam memutuskan persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.
Berkat kedigdayan dan kebijaksanaannya inilah, Prabu Kusumawicitra kondang sebagai Prabu Ajipamasa. Kata “Ajipamasa” sendiri memiliki arti “raja diantara para raja”. Kepemimpinan Prabu Kusumawicitra dapat menjadi teladan bagi para pemimpin dan aparatur negara maupun masyarakat luas. Selain itu, ada hal menarik lain yang ada di serat ini adalah kisah pengembaraan Sasana di kayangan jin yang di nakhkodai oleh Prahaspati. Kisah yang terjalin dalam bentuk tembang macapat ini mengandung nilai berkehidupan terkait etika, moral,adat-istiadat, dan budi pekerti.
Sampai saat ini, serat ini masih bertahan dengan upaya pelestariannya yaitu dengan promosi langsung dan promosi lesan (dari mulut ke mulut).
No responses yet