Narasi Studio Musik Lokananta

Apabila kita menengok ke belakang lebih jauh lagi, industri musik sudah berkembang di Hindia Belanda sejak masa kolonialisme, tepatnya tahun 1905. Tio Tek Hong adalah pedagang Tiongkok yang mengimpor pertama kali piringan hitam untuk gramofon dari Amerika. Ia merekam lagu-lagu yang populer di masa itu seperti keroncong, gambus, hingga kasidah, dalam bentuk piringan hitam berukuran 10 inci.

Sejarah industri rekaman di Indonesia bisa berawal dari dua tempat : Lokananta di Surakarta dan Irama di Menteng Jakarta. ‘Lokananta’ milik pemerintah, dan banyak melahirkan lagu-lagu daerah, sementara ‘Irama’ milik Mas Yos, melahirkan lagu-lagu hiburan sebutan untuk lagu pop sekarang.

Lokananta adalah perusahaan rekaman pertama yang didirikan pada 29 Oktober 1956, tepatnya pukul 10.00 WIB. Diresmikan oleh Menteri Penerangan R.I. Soedibjo dengan nama Pabrik Piring Hitam Lokananta, Jawatan Radio Kementrian Penerangan Republik Indonesia di Surakarta. Nama ini kemudian menjadi tonggak penting sejarah musik Indonesia, karena tugas utamanya adalah merekam dan memproduksi piring hitam untuk bahan siaran 27 Studio RRI seluruh Indonesia. Baru pada 1 April 1959 hasil piringan hitam Lokananta diperkenankan untuk di jual kepada umum. Peningkatan usaha yang pesat membuat Lokananta diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara.

Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat.

Kata kunci: Konsultan pariwisata, kajian pariwisata, RIPPARDA, Bisnis Plan.

Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di +62 812-3299-9470.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *