Pengembangan Kain Endek sebagai Penunjang Pariwisata Budaya di Bali

Pulau Bali merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di Indonesia yang terkenal akan keindahan alam dan keunikan budayanya. Keunikan dan karakteristik budaya  Bali sangat menarik bagi wisatawan domestik dan asing, hal ini membuat Bali terus mengeksplorasi dan mengembangkan potensi budayanya. Selain terkenal sebagai tempat wisata, Bali juga terkenal akan budaya dan adat istiadatnya.

Salah satu objek budaya yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah adalah kain endek.  Bali sendiri memiliki 3 kain tradisional yang sudah terkenal hingga ke mancanegara, yakni kian gringsing, kain songket dan kain endek. Biasanya wisatawan membeli kain-kain ini sebagai cinderamata ataupun hadiah untuk kolega.

Kain endek merupakan kain yang penggunaannya sudah tidak asing bagi masyarakat Bali. Nama kain endek ini digunakan karena kain ini harus diam atau dalam Bahasa Balinya disebut ngendek dalam setiap proses pada pembuatannya. Dalam artian, dalam proses pembuatan kain endek, pertama kali benang harus ngendek di bagian pemintalan, selanjutnya benang juga ngendekdibagian pembidangan dan penggambaran motif, selanjutnya benang kembali ngendek dalam bagian penenunan. Hal ini lah yang menjadi sebab penamaan kain khas Bali ini.

Ada beberapa motif kain endek yang dibuat di Bali, yakni:

  1. Motif Gringsing, yaitu motif-motif yang ditiru dari motif kain gringsing produksi Desa Tenganan Pegrinfsingan, Karangasem. Motif ini merupakan motif yang paling dikenal masyarakat sejak 1950-an.
  2. Motif wajik, merupakan motif yang diaplikasikan pada kain endek dengan corak segiempat terbalik. Motif ini biasanya diaplikasikan pada kain yang digunakan untuk keperluan kamen atau dimodifikasi sebagai rok, pakaian, tas, dll.
  3. Motif prada, motif ini hampir sama dengan motif yang lainnya, hanya saja ditambah motif prada yang ditambah warna kuning keemasan pada bagian pinggirnya.
  4. Motif flora, motif ini merupakan pengaplikasian wujud tumbuh-tumbuhan pada kain
  5. Motif fauna, motif ini merupakan pengaplikasian bentuk-bentuk binatang pada kain
  6. motif wayang, motif ini merupakan pengaplikasian tokoh-tokoh pewayangan dalam eps mahabarata atau ramayana.
  7. Motif tradisi, ini merupakan gagasan dari pemerintah Kabupaten Jembrana untuk tradisi mekepung. Tradisi ini merupakan tradisi balapan kerbau
  8. Motif patra, motif ini merupakan motif ornamen Bali yang diaplikasikan dalam kain Motif patra ini seperti rerambatan, karang goak, karang boma, motif ini banyak digunakan pada kain endek dengan warna merah maroon, merah keunguan, merah hitam dll.

Pengembangna kain endek  ini dilakukan oleh Gubernur Bali Ida Bagus Mantra pada tahun 1980-an. Ini berawal dari Ida Bagus Mantra yang mulai menggunakn kain ini sebagai bahan pakaian. Beliau sering muncul dalam acara formal tingkat provinsi dan kabupaten kota dalam balutan kemeja berbahan endek. Model baju kemeja ini mulai diikuti oleh Kepala Dinas dan kepala bagian lingkungan pemerintah Provinsi Bali. Pelan tapi pasti, penggunaannya semakin menyebar dan dapat mudah dijumpai dalam pegawai pemerintahan. Ditahun ini dianggap sebagai puncak kejayaan kain endek, penyebabnya adalah pada tahun ini pesananan kain endek yang meningkat diimbangi dengan pengrajin yang banyak.

Kemudian memasuki dekade 1990-2000-an penurunanpesanan kain endek mulai terjadi. Secara perlahan, penggunaan kain endek mulai berkurang begitu pula dengan permintaan. Penurunan ini terjadi karena semakin berkurangnya perhatian pemerintah terhadap kain tenun endek. Hal ini juga berdampak dengan menurunnya perajin secara drastis.

Pada tahun 2009 kain endek ini kembali diikutkan dalam event Gajah Mada Town Festival (Denpasar Festival). Setelah dilakukan promosi, program pengembangan kain endek selanjutnya adalah himbauan penggunaan seragam berbahan kain endek kepada instansi pemerintahan dan swasta yang ada dilingkungan Denpasar.

Kain endek di Bali memiliki berbagai fungsi bagi masyarakatnya. Dalam fungsi sosial, penggunaan kain endek sebagai penutup tubuh atau pakaian pada kehidupan sehari-har, kemudian dalam kehidupan bermasyarakat kain tenun bukanlah hanya sebatas kain. Lebih dari itu, kain tenun juga sering dipinjamkan antar tetangga guna mempererat jalinan sosial antar masyarakat . dalam fungsi budayanya, kain endek dipakai sebagai salah satu pelengkap ritual keagamaan. Terdapat kaian endek yang khusus digunakan dalam ritual keagaman seperti kain cepuk dan kain bebali.  Dalam penggunaannya sebagai pelengkap upacara, kain endek difungsikan sebagai pelindung baik yang diupacarai maupun pemimpin upacaranya. Selain itu, kain ini juga dapat difungsikan untuk menghias tempat upacara baik di Pura, Desa danRumah dan sering pula digunakan untuk pementasan seni.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

19 − ten =

Latest Comments