Manuskrip merupakan koleksi langka yang dipunyai oleh setiap bangsa di belahan dunia. Masyarakat bisa mempelajari perjalanan hidup leluhurnya melalui naskah lama yang telah dianggit leluhurnya. Manuskrip sangat penting utuk dikaji dan dijaga kelestariannya karena ini merupakan jejeak sejarah yang sangat penting. Ini juga merupakan warisan masa lampau yang memuat pengetahuan yang berkaitan dengan realitas atau kondisi sosiokultural yang berlainan dengan kondisi sekarang.
Manuskrip juga mengandung informasi yang tak sembarangan dari bidang sastra, agama, hukum, adat istiadat, dan lannya. Informasi yang berada di manuskrip dapat membantu atau menjadi panduan bagi penekun sejarah maupun peneliti di bidang humaniora tatkala mempelajari topik yang dikajinya. Contohnya adalah Pratelan Wontenipun Candhi, Reca, Patilasan, Padusan, Sasaminipun Ing Bawah Kabupaten Kitha Surakarta.
Manuskrip ini telah dilaporkan oleh Yatini Wahyuningsih, SE, M.Si pada tanggal 28 Juni 2021 di Surakarta. Pratelan Wontenipun Candhi, Reca, Patilasan, Padusan, Sasaminipun Ing Bawah Kabupaten Kitha Surakarta cocok untuk para peneliti heritage atau arkeolog yang ingin berpetualang di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Teks pratelan tersebut dibuat di Surakarta pada 1929 oleh R.T. Mangun Nagara dengan total 320 halaman yang menjelaskan tentang tempat-tempat keramat (pohon, makam, batuan) dan barang-barang kuno dengan total 235 penjelasan. Sepetinya manuskrip ini dibuat dijadikan pembuka dari beberapa seri, tetapi tidak ditemui seri lanjutannya di Museum Radya Pustaka.
Manuskrip ini bisa dibilang buku panduan untuk ziarah ke tempat keramat (pepundhen) di kota Surakarta dan sekitarnya. Karena salam 235 tempatnya, dijelaskan juga nama pepundhen, lokasi, sejarah, khasiat, dan siapa saja yang sering berkunjung kesana. Teks ini ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa yang jelas dan lugas. Dalam manuskrip terpacak tanggal 19 Juni 1929, melalui teks ini kita dapat mengetahui perihal latar belakang kronologi maupun aktifitas seremonial penduduk Surakarta terkait keberadaan benda-benda bersejarah.
Salah satu tema yang dipaparkan dengan jelas adalah perihal artefac kepala perahu Kyai Rajamala. Selian itu kita dapat mengetahui beberapa lokasi yang disebutkan dalam teks yang pada saat ini tidak meningalkan jejaknya lagi.
Sampai sekarang, manuskrip ini masih bertahan dengan upaya pelestariannya dari mulut ke mulut. Selain itu ada juga bentuk dokumentasinya berupa naskah, mikrofilm, dan foto digital.
No responses yet