Wilayah Kelurahan Keparakan berada di pusat Kota Yogyakarta dan menjadi pendukung keberadaan Sumbu Filosofi Yogyakarta, dengan luas wilayah 53 ha. Wilayah Kelurahan Keparakan terdiri dari 13 RW dan 58 RT. Batas wilayah Kelurahan Keparakan antara lain sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kelurahan Prawirodirjan Kemantren Gondomanan
- Sebelah Selatan : Kelurahan Brontokusuman Kemantren Mergangsan
- Sebelah Barat : Kelurahan Panembahan Kemantren Kraton
- Sebelah Timur : Kelurahan Wirogunan Kemantren Mergangsan
Terdapat dua kegiatan adat dan tradisi yang ada di Kelurahan Keparakan, yaitu Merti Golong Giling dan Kenduri Suro. Kegiatan Merti Golong Giling bertujuan Untuk pelestarian nilai-nilai budaya adat dan tradisi bersih desa/kampung serta memberikan penguatan dalam semangat gotong royong dan jiwa persatuan melalui peningkatan apresiasi seni budaya dalam masyarakat dan menumbuhkan nilai kebersamaan, kekeluargaan. Sedangkan kegiatan Kenduri Suro bertujuan untuk Melestarikan Budaya bersih desa/kampung dan menicptakan guyub rukun dan membentuk jiwa sosial khususnya dalam bersedekah.
Kemudian untuk kesenian terdapat kesenian Ketoprak Kelompok Catur Manunggal Budaya, Karawitan Ngudi Laras, Kelompok Musik Rebana, Sanggar Tari Kreasi Mangunjaya, Kelompok Kentongan Suko Reno, Seni Musik “Suara Minoritas”, Seni Tari Gedruk, dan Bregodo Dipo Satrio.
Cerita rakyat yang ada di Kelurahan Keparakan antara lain “Perjuangan Pasukan Hantu Maut” yang menceritakan perjuangan pasukan Hantu Maut Pujokusuman yang berjuang melawan penjajahan Belanda dan “Asal Usul Pasar Tradisional Pujokusuman” yang menceritakan sejarah adanya pasar pujokusuman.
Kemudian bangunan Warisan Budaya yang terdapat di Kelurahan Keparakan, antara lain Ndalem Joyodipuran, Ndalem Pujokusuman, SD Pujokusuman, SD Kintelan, Makam Kintelan, Tugu/Monumen Perjuangan Mangunjayan, Prasasti Hantu Maut, Tugu Perjuangan, Gamelan Barut, Manuskrip Keparakan, dan Jamu Kerkop.
No responses yet