Penetapan tata ruang kota Yogyakarta menjadi salah satu keistimewaan kota Yogyakarta. Dalam penetapan ini, kota Yogyakarta diatur dalam regulasi tersendiri sehingga penetapan tata ruang kota berbeda dengan kota lainnya. Sumbu imajiner menjadi acuan atau dasar untuk setiap penempatan bangunan-bangunannya. Oleh karena itu, bangunan-bangunan yang ada di Yogyakarta tidak dapat diletakkan secara sembarang. Hal ini juga disebabkan sumbu imajiner memiliki makna filosofi.
Kendati begitu saat ini penataan tata ruang Kota Yogyakarta telah diatur dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Dalam pedoman RDTR terdapat beberapa aspek tata ruang yang perlu diperhatikan antara lain:
- Pesebaran Penduduk/pemukiman
ditunjukkan bahwa Sultan dimasa lalu memiliki posisi yang paling tinggi di Yogyakarta. Oleh karena itu, penduduk yang bertempat tinggal semakin dekat dengan Sultan maka dianggap memiliki derajat yang tinggi begitu juga dengan sebaliknya. Pada masa itu, warga berlomba-lomba untuk semakin dekat dengan Sultan dengan menggunakan berbagai cara yaitu sebagai abdi dalem, istri atau selir. Dengan kata lain, dimasa lalu penduduk yang mempunyai tempat tinggal semakin jauh dari Sultan maka tidak dianggap memiliki derajat sehingga bagian Negara Gung banyak didominasi oleh petani.
- Fasilitas umum
fasilitas umum yang disediakan pemerintah untuk masyarakat menjadi suatu hal yang penting. Keberadaan fasilitas umum dapat menjadi penunjang aktivitas masyarakat. Fasilitas-fasilitas yang berada di Kota Yogyakarta tidak dapat lepas dari pemerintahan kolonial Belanda yang dahulu pernah berusaha untuk menguasai Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan melalui peninggalan-peninggalan Belanda yang hingga saat ini masih tetap ada dan masih digunakan oleh masyarakat.
Banyak fasilitas-fasilitas ini ditempatkan oleh Belanda di pusat kota yaitu Loji Kebon (kediaman dan kantor residen), kawasan Loji Kecil, perkantoran, dan prasarana umum lainnya baik untuk para masyarakat umum maupun militer. Hingga saat ini masih terdapat bangunan-bangunan tersebut yang masih digunakan seperti bangunan kantor Asuransi Niil Maatschappij (Nill Mij) yang sekarang difungsikan sebagai BNI ’46, bangunan kantor PTT (Post, Telephone, Telegraph) yang searang berfungsi sebagai Kantor Pos Besar, gedung De Javasche Bank telah berubah menjadi kantor Bank Indonesia.
- Prasarana transportasi
Sarana transporatsi di Kota Yogyakarta saat ini tidak hanya meliputi transportasi darat melainkan terdapat prasarana transportasi udara. Berbeda dengan peletakkan prasarana transportasi darat yang berada dalam pusat kota, prasarana transportasi udara diletakkan jauh dari pusat kota yang menyebabkan kawasan-kawasan tersebut bukan lagi kawasan yang terpinggirkan dimasa sekarang.
Dengan kondisi tersebut disaat ini telah menjadikan Kota Yogyakarta tidak lagi memiliki pusat kota yang terpusat. Dengan kata lain, dimasa lalu pusat kota dari Yogyakarta hanya berada di kawasan Kraton dan sekitarnya termasuk kawasan Malioboro, sedangkan dimasa sekarang pusat Kota Yogyakarta juga berada di kawasan Jalan Solo (kawasan bandar udara berdiri).
- Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dari konsep sumbu imajiner mengandung makna bahwa kawasan Panggung Krapyak hingga Kraton merupakan kawasan Alam Ruh yang memiliki makna filosofi tempat pertama manusia dilahirkan sedangkan kawasan Kraton hingga Tugu merupakan kawasan Alam Padang yang mempunyai makna filosofi manusia melakukan berbagai macam aktivitas. Oleh karena itu, pada gambar 14 ditunjukkan pada kawasan Alam Padang terdapat kawasan pemerintahan (kepatihan) dan pemukiman.Selain itu, pada Alam Padang juga terdapat tempat kegiatan ekonomi seperti pasar, tempat berdagang.Untuk kawasan Tugu merupakan kawasan manusia dengan Tuhan yang seharusnya tidak dapat dipenuhi berbagai macam aktivitas dan bangunan.
Pada masa lalu kawasan-kawasan ini sudah sesuai dengan makna filosofi yang terkandung dalam konsep sumbu imajiner. Akan tetapi pada masa pemerintahan Belanda telah merusak konsep tersebut dengan mendirikan berbagai macam bangunan yang didirikan di tempat-tempat yang menyimpang dari makna filosofi sumbu imajiner.Dengan kekacauan yang diawali dari pemerintahan Belanda, maka dimasa-masa berikutnya konsep sumbu imajiner ini sedikit tidak dihiraukan oleh sebagian masyarakat.Meskipun dengan kondisi seperti itu seharusnya kawasan sumbu imajiner, saat ini menjadi kawasan heritage.
No responses yet