Sektor pariwisata merupakan sektor yang paling banyak diminati untuk menikmati keindahan alam yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk berlibur, termasuk dalam bentuk ekowisata. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19 mengakibatkan sektor pariwisata menjadi terhambat dalam proses pelaksanaannya untuk memperoleh pendapatan. Sehingga banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan terlebih lagi bagi masyarakat yang mengandalkan potensi pariwisata di dekat mereka tinggal. Sehingga pemerintah diharapkan lebih memperhatikan lagi bagaimana cara menyeimbangkan adanya permasalahan ini untuk tidak menjadi keterpurukan bagi masyarakat yang mata pencahariannya mengandalkan pariwisata. Mengingat pandemi semakin menyebar di berbagai penjuru wilayah negara termasuk Indonesia. Kegiatan pariwisata telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan simpanan tahunan anggota masyarakat tetapi keuntungan finansial ini tidak secara merata melampaui semua bidang pembangunan berbasis masyarakat yang berkelanjutan (Datta & Banerji, 2015). Pariwisata memiliki tantangan dan peluang unik dalam hal adaptasi iklim (Pyke et al., 2018).
Dalam konseptualisasi perencanaan pembangunan melalui sektor pariwisata, pemerintah lebih mengedepankan pada lingkup wilayah perdesaan, dikarenakan banyak masyarakat perdesaan yang lebih menjaga keanekaragaman hayati atau menjaga potensi wilayah daerah. Sehingga masyarakat perdesaan lebih memiliki peluang dalam keterlibatan dengan adanya pembangunan ini. Hal ini juga dapat memberikan wadah bagi pemangku kepentingan dalam meningkatkan strategi agar dengan mudah memvisualisasikan atau mengidentifikasi batasan dan menetapkan prioritas pembangunan dalam proses peningkatan langkah demi langkah, menuju pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata yang berkelanjutan melalui ekowisata (Iliopoulou-Georgudaki et al., 2016).
Terlebih lagi Indonesia memiliki potensi alam yang mendukung untuk adanya pengembangan sektor pariwisata. Perencanaan tata ruang ekowisata membutuhkan keseimbangan antara pembangunan dan konservasi, penataan ruang berdasarkan tema dan mempertimbangkan kehidupan penduduk lokal di luar penataan ruang berdasarkan data fisik (Lee et al., 2017). Dengan adanya ketertarikan yang meningkat pada ekowisata dan jasa ekosistem yang disediakan oleh lanskap, membuat layanan tersebut semakin diperlukan dalam proses perencanaan kota (Guerrero et al., 2020). Ekowisata yang menekankan pelestarian alam sekaligus melakukan kegiatan wisata yang dimaksudkan untuk berdampak rendah pada kesejahteraan penduduk setempat telah berlangsung di sana selama beberapa dekade (Ching et al., 2020). Sistem ekowisata yang didasarkan pada habitat satwa liar dalam sistem ekologi dianggap sebagai sistem sosial-ekologis yang memiliki hubungan umpan balik dengan sistem sosial (Choi et al., 2017).
Baca juga: Penelitian Kualitatif Bidang Pariwisata
Kami selaku konsultan pariwisata mengucapkan terimakasih kepada Instansi terkait atas kepercayaan dan kerjasamanya. Demikian artikel penelitian pariwisata ini disusun, semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan pariwisata setempat. Untuk informasi mengenai penelitian pariwisata, berupa kajian atau pendampingan lebih lanjut dapat menghubungi Admin kami di 081232999470.
No responses yet